Setiap mendengar senandung panggilan haji
“Labbaik Allâhumma labbaik, labbaik lâ syarîka laka labbaik, inna al-hamda, wa ni’mata laka wa al-mulk, lâ syarîka laka”
Aku datang ya Allah, aku datang memenuhi panggilan-Mu; Aku datang, tiada sekutu bagi-Mu, aku datang; Sesungguhnya segala pujian, segala kenikmatan, dan seluruh kerajaan, adalah milik Engkau; tiada sekutu bagi-Mu.
Rasa bercampur iri, pingin, kagen berseruak miris sungguh. Ingin ini semakin besar dan besar saja sepanjang waktu. Kapan ku berjodoh dengan takdir ini ya Rabb.
Di muliakan sebagai hamba2 terkasih wukuf di padang arafah, tawaf, sa’i antara bukit Shafa dan Marwa , sholad di masjidil Haram, berdoa di Mesjid mu ya Nabi-ku (nabawi). Semua yang kualami ingin ku tumpah kan disana.
Apakah aku bisa seberuntung itu?
Apakah aku bisa berjodoh dengan tanah sucimu?
Apakah aku bisa berkorban dalam semangat keiklasan Nabi Ibrahim?
Apakah bisa aku mencium Hajar Aswad?
Apakah bisa aku berdoa di Multazam?
Apakah aku bisa memasuki ka’bah Mu?
Impian tertinggi ini ingin terjamu dengan mama.
Ingin ini akan langkah demi langkah ternyatakan dalam budi, dalam niat, dalam tindakan. Kabulkan, lapangkan ya Cinta.